“GiLi Terawangan”…Wisata Lombok yang Ga Boleh KetinggaLan….

LomboK,,denger kata Lombok pastii yang ada dipiqiran yaitu pantai yang cantikkk ma keindahan bawah laut yang macih asrii,,,benerr banget,,,,,dan satu tempat wisata yang ga boleh Qmu tinggalin saat pegi ke Lombok adalah Gili Terawangan..

Postingan w kali ini nyeritain waktu w sempet 40 harii di Lombok sekitar bulan Juli-Agustus 2010 kemaren dan w pergii wisata bareng temen2 yang salah satunya yaitu ke Gili Terawangan…Buat JaraK antara Bandara-Gili Terawangan sebenernya w kurang tau,,,soalnya w berangkat dari tempat w tinggal di Lombok yaitu di daerah sekotong barat…perjalanan yang di ambil cukup jauh qita mesti menempuh perjalan darat 2 jam sampai pelabuhan bangsal dan 45 menit lagi naek perahu menuju gili terwangan…

Dalam Perjalanan qita ngelewatin yang namanya “Hutan Monyet”…disini qita bisa liat banyak banget monyet di alam bebas, dan qita ga boleh ngasih makan tuh monyet (ada tanda larangannya),,,Bagii w hal ini suatu yang jarang bgt bisa w liat…^&^..sayang w ga dokumentasiin jadii sorii ya ga da tampilan photonya temen2….

Akhirnya Tiba di Pelabuhan bangsal..pelabuhan bangsal adalah tempat  Qita mestii pesen tiket dulu buat menuju gili terawangan…harga tiket per orang sekitar Rp. 15.ooo dan satu perahu muat buat 30 orang….sebelum kalian menuju sampai Gili terawangan sebaiknya bawa makanan dari luar dulu,,karena maklum Gili terawangan adalah pulau kecil yang semua persediaan makanan juga dibawa dari lombok jadii pasti harga makanan jadii lebih mahal…

Sampai digili terawangan..kalian bakal seperti di pulau tropis di luar Indonesia..karena maklum kalian bakal melihat “orang bule”  lebih mendominasi disana…

disana w cuma sehari semalem,,,Nah buat cari tempat tinggal/Cotage/Motel kalian mesti pinter2 cari,,jadii mestii yang masuk gang2 kecil biar ga terlalu mahal..berhubung ada koneksi dicana jadii w nginep dengan harga yang terjangkau cukup murah….yaitu 150.ooo perkamar..cukuplah dengan fasilitas kasur spring bed yang double (2), TV, ma kamar mandi dalem…

Sepanjang jalan lw bakal liat cafe2 yang semuanya didominasi orang bule..lagu rege juga bakal ga asing lagi lw denger sepanjang lw ada di Gili Terawangan…disini ga da yang namanya kendaraan bermotor,,jadii buat keliling pulau lw bisa pake sepeda yang disewain sekitar 25.000-50.000 perhari jadii lw mesti pinter2 nawar ya,,,^0^ terus da juga Cidomo, kendaraan kalo di daerah jawa lebih dikenal dengan nama Delman ato Nayor (Kendaraan yang ditarik oleh seokor kuda).

Buat Kamu yang mw diving disini juga disedian sewa diving…

Sempet Nongkrong dibeberapa Cafe,,tapii ga makan..maklum lidah indo jadii jenis makanan yang ditawarin ga kenal n harganya juga yang lumayan oke yang pada waktu itu mestii hemat2 buat jalan ke tempat wisata laen..hoho jadii cuma minum sekedar Hot Coklat, Capucinno,ma jenis minuman dingin yang laen…buat harga minuman standar kaya di kafe2 Bogor-Jakarta yaitu  berkisar 15.000-30.000.

Sedikit w share photo2 narsis w ma temen2 waktu di Gili Terawangan…^&^

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Pulau Pramuka > pulau Panggang > Karamba Jaring Apung

Harusnya postingan gw ini udah lamaa ,,,:)

cerita gw sekarang ini tentang trip Marine kultur (*salah satu mata kuliah jurusan saya) bareng temen-temen seangkatan BDP44..buat jalur ke tempat ini sama kaya postingan sebelumnya *Pulau Kelapa.. hanya saja kapal ojek yang dinaiki beda jurusan dan jarak dari muara angke ke Pulau Pramuka lebih dekat dibandingkan ke Pulau Kelapa yaitu 2.5-3 jam. untuk pemberangkatan kapal ojek juga cuma ada 2 kali yaitu pagi jam 7.00 dan 13.00 WIB.

buat temen-temen yang suka ke Pulau Seribu, nama Pulau Pramuka sudah kita sering dengar khususnya buat temen-temen yang suka diving, karena pulau pramuka ini juga merupakan pusat administrasi pemerintah di kepulauan seribu. Karena disinilah pusat tempat “diemnya” (*homestay maksudnya) sebelum nyari daerah yg bakal di jelajahi lautnya,,,:)

karena cuma beberapa jam  di Pulau Pramuka, kami semua cukup puas beristirahat sejenak sambil liat tempat penangkaran penyu..selanjutnyaa kami menuju pulau panggang..Pulau Panggang, merupakan salah satu pulau yang terpadat di kepulauan seribu. di Pulau panggang ini untuk jajanan relatif murah dibandingkan dengan Pulau Pramuka, dan yang paling saya sukai adalah Baso ikannya yang MANTAP…nyam nyam enak,, dan es ciko yang cocok dengan suasana yang panas di Pulau.

Karena di dua tempat ini kami hanya transit, tidak banyak yang kami lakukan hanya membeli jajanan untuk kami menginap di Karamba.

untuk Sebagian orang belum mengetahui apa itu Karamba Jaring apung. Karamba Jaring Apung adalah tempat Budidaya ikan bisa air tawar bisa air laut, yang biasanya menggunakan jaring. untuk konstruksinya sendiri biasanya di lengkapi dengan rumah jaga, nah…. rumah jaga inilah yang akan kita tempati selama 2 hari. *Masih belum kebayang??neh dengan gambar biasanya orang lebih dapat mengerti..:)

*Gambar ini di ambil dari link tetangga http://patinmania.wordpress.com/2008/07/30/hal-hal-unik-kja-karamba-jaring-apung-laut/1_376403356l/ soalnya ga punya poto KJA yang terlihat jelas. hihii

semoga poto itu bisa mendeskripsikan KJA…dan memang KJA ini yang saya dan teman-teman tempati selama 2 hari. selama 2 hari ini kita tidak menggunakan air tawar seperti hidup didarat seperti biasanya, untuk MCK sendiri itu langsung di laut.hihihi jika memang membutuhkan air tawar, kita bisa memanfaatkan air hujan yang ditampung..:)

Disela kegiatan wajib yaitu memberi makan ikan budidaya, membersihkan jaring yang ada di tempat tersebut kami ikut menikmati suasana ditengah laut dengan berenang-renang dipinggiran sekitar KJA.

itu deh sedikit cerita tentang trip gw ke Pulau Pramuka, Pulau Panggang, dan Karamba Jaring Apung.

Suasana di boat dari Pulau Panggang ke Karamba Jaring Apung.

Suasana dalam Kapal Ojek

Perjalanan ke Pulau Kelapa

Postingan ini tentang perjalanan gw bareng adik-adik tingkat gw (BDP45) ke pulau kepala,

Tik tok jam 2 pagi gw udah bangun, mandi, packing. Bis ntu ikut ngumpul di tempat yang udah dijanjiin (BNI Dramaga) jam 3 pagi… jam 3.30 WIB gw bersama adik tingkat gw berangkat ke st. Bogor. Dari st. Bogor kita semua pake kereta ekonomi paling pagi jam 4.20 WIB. Suasana kereta pagi ga seindah yang gw banyangkan. Hiruk pikuk para penumpang sudah mulai terasa, satu persatu para penumpang (selain kami) yang lain sudah mulai memadati, dengan tujuan yang berbeda-beda pula. Kereta ekonomi pagi jurusan st. kota pada dini hari lebih banyak dipadati oleh para pedagang, baik pedagang sayuran, pedangang mebel, pedagang sepatu, dll. Bagaimana saya tau?? karena semua penumpang itu membawa dagangannya,,Salut..!! *pagibutaudahbergegasnyariduid

Sebenarnya kalo kita mencari kenyamanan pada kereta ekonomi dini hari bukanlah tempat yang sangat cocok, kereta ekonomi pada dini hari ini lebih cocok disebut sebagai kereta angkut barang. karena selain kita harus berdesak-desakan dengan penumpang kitapun harus bertoleran dengan barang-barang yang mereka bawa. 🙂

di kereta ekonomi dini hari ini, kita bisa melihat karakter-karakter orang yang berbeda-beda. lebih kepada orang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah. sepanjang perjalanan saya melihat antara pedagang satu dengan yang lainnya sudah akrab walaupun naik pada st. yang berbeda-beda dan tujuan yang berbeda-beda pula. Terlihat bahwa rutinitas yang mereka lakukan memang sudah menjadi rutinitas sehari-hari.

sesampainya di st. kota karena memang kita sedikit berbeda (20 orang dengan membawa pelampung berwarna orange) maka menjadi sedikit perhatikan oleh orang-orang yang melihat. menuju muara angke kita menyewa angkot dengan harga 60ribu 1 angkot (setelah tawar menawar,^0^).

sesampainya di muara angke bau ikan atau pun pasar ikan sudah mulai tercium dengan sangat menyengat. kondisi pasar yang becek pun sudah biasa terjadi. tepat jam 7 kurang 15 menit (6.45 WIB) kita sampai di dramaga tempat kapal ojek.

Berharap tidak penuh, ternyataa salah kapal ojek pada hari itu sangat penuh…dan kita berdesakan di dalam kapal…setiap orang dikenakan 35.000 rupiah untuk sampai pulau kelapa.Tepat jam 7.00 WIB pemberangkatan pertama akhirnya berangkat. waktu yang dibutuhkan adalah 3 jam dari muara angke menuju pulau kelapa.

 

pocMap buat kita tambah GAUL..

Pengen di bilang gaul, pengen dibilang ga ketinggalan zaman..nah sekarang buat kamu-kamu yang suka “chek-in chek-in” kalian bisa “share your spot” di pocMap.com .

di pocMap ini, kita bisa share lokasi-lokasi yang menarik yang kita datengin dengan berbagai kategori, baik itu Mall/Plaza, Healt Care, Kantor Pemerintah, Fasilitas Olah raga, dan masih banyak lagi. Selain itu pocMap juga dilengkapi dengan alamat, deskripsi, no.telp dan juga foto. Menariknya lagi di pocMap kita bisa cerita tempat-tempat yang kita udah datengin ataupun yang mau didatangin plus dengan foto. Ayoo!! jangan sampe ketinggalan buat account popMac sekarang juga. caranya mudah tinggal masuk ke website pocMap.com -> Sing Up… dan ini FREE!!! 🙂

buat kamu-kamu yang seneng nge-blog pocMap juga ngadain kompetisi #PocmapBlogCompotition biar lebih jelas bisa liat dilink http://Pocmap.com/news.php . Hadiahnya menarik lhoo Modem dan Flashdisk 8GB. 🙂 juga jangan lupa follow @pocMap di account twitter kamu.

KARAKTERISASI SIFAT BIOKIMIA DAN FISIOLOGI BAKTERI

KARAKTERISASI SIFAT BIOKIMIA DAN FISIOLOGI BAKTERI

 Gia Marta Novia

C14070034

 I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu mahluk yang mempunyai ukuran  sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik.

Mikroorganisme seperi bakteri yang terdapat di ikan atau lingkungan budidaya, umumnya terdapat dalam populasi campuran. Untuk keperluan identifikasi diperlukan suatu biakan murni sehingga teknik isolasi mutlak diperlukan. Mikroorganisme yang telah diisolasi ini belum dapat ditentukan sifat atau jenis bakterinya. Pengamatan mengenai bentuk morfologi, sifat gram, dan pola penataan sel dapat diketahui dengan cara pewarnaan gram. Akan tetapi, untuk mengetahui jenis bakteri tidak cukup hanya dengan metode pewarnaan gram.

Seperti halnya mikroorganisme lainnya bakteri mempertahankan kehidupannya melalui penyesuaian diri terhadap lingkungan demi kelanjutan generasinya. Untuk itu, bakteri mampu merombak dan menggunakan bahan kimia (dalam bentuk larutan) yang ada di linkungannya sebagai sumber energi dan zat pembangunan. Setiap jenis spesies bakteri mempunyai karakterisasi sifat biokimia dan fisiologi yang khas. Sifat-sifat ini dapat dijadikan acuan dalam proses identifikasi. Oleh karena itu dalam praktikum kali ini dilakukan uji enzimatik untuk mengetahui karakteristik sifat dari bakteri.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa bisa mempelajari karakteristik sifat biokimia dan fisiologi bakteri sehingga dapat melakukan identifikasi bakteri tersebut berdasarkan uji oksidatif/fermentatif, uji motilitas, uji oksidase, uji katalase, dan uji gelatin kemudian dapat menduga jenis bakteri dengan skema penggolongan bakteri oleh Cowan (1974).

II. METODE KERJA

 2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai Karakteristik Sifat Biokimia dan Fisiologi Bakteri  dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April 2009 pukul 07.00-10.00 dan pengamatan pada tanggal 9 April 2009 WIB di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

 

2.2 Alat dan Bahan

Alat- alat yang dibutuhkan dalam praktikum Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi Bakteri  ini adalah lup inokulasi (ose), jarum inokulum, korek api (gas), cawan petri, tissue, bunsen, ice baht dan inkubator untuk menginkubasi bakteri.

Bahan-bahan yang digunakan adalah p-amino dimethylaninine-oxalat 1%, paraffin, medium Oxidatif atau Fermentatif (O/F), medium agar TSIA (Triple Sugar Iron Agar), nutrien gelatin, hydrogen peroksida (H2O2), media SIM (Sulfida Indol Motility).

 

2.3 Prosedur Kerja.

2.3.1 Uji Oxidatif atau Fermentatif (O/F)

Koloni bakteri diambil dengan jarum ose secara aseptik, inokulasiakan vertical pada 1 set (dua buah tabung) O/F medium. Salah satu tabung diberi parafin 1 ml, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Pemberian paraffin dimaksudkan untuk menahan oksigen yang masuk pada tabung yang berisi O/F medium. Reaksi oksidatif terjadi jika tabung yang tidak diberi paraffin berubah menjadi kuning. Sedangkan reaksi fermentative terjadi jika tabung yang diberi paraffin berubah warna menjadi kuning atau kedua tabung berubah warna menjadi kuning.

2.3.2 Uji Motilitas

Koloni bakteri diambil dengan aseptik  menggunakan jarum inokulum, kemudian inokulasikan secara vertikal pada media SIM (Sulfida Indol Motility) dan di inkubasi selama 24 jam. Motilitas bakteri ditunjukan dengan adanya pertumbuhan pada permukaan medium dan tidak ada bekas pada tusukan, Bakteri non motil tumbuh sepanjang tusukan.

2.3.3 Uji  Oksidase

Pertama-tama, p-amino dimethylaninine-oxalat 1% diteteskan pada kertas saring. Kemudian secara aseptik, satu ose penuh koloni bakteri dioleskan diatas tetesan p-amino dimethylaninine-oxalat 1%. Jika koloni berubah warna menjadi merah maka menunjukan tes positif dan jika bewarna ungu menunjukan tes negatif.

2.3.4 Uji Katalase

Dengan menggunakan jarum ose, koloni bakteri secara aseptik diambil dan diletakan pada gelas objek yang bersih. Kemudian diteteskan hydrogen peroksida (H2O2) pada koloni bakteri tersebut. Adanya gelembung-gelembung udara menunjukan tes tersebut positif.

2.3.5 Uji Gelatin

Secara aseptik, biakan bakteri diinokulasikan pada nutrien gelatin tegak dan dinkubasi selama 24 jam. Kemudian masukan dalam ice bath. Tes positif jika gelatin terhidrolisis dan tetap akan berbentuk cair. Sedangkan tes menjadi negatif jika gelatin tidak terhidrolisis sehingga saat dimasukan kedalam ice bath gelatin membeku.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.    Hasil

Berikut ini adalah hasil pengamatan sifat biokima dan fisiologis bakteri dengan berbagai uji, yang disajikan pada tabel 1, 2, 3, 4, dan 5.

Tabel 1. Uji O/F

 

No. Sampel

Hasil Pengamatan

Tabung tanpa Parafin

Keterangan

Tabung dengan parafin

Keterangan

A

+

Kuning

+

Kuning

B

Hijau

_

Hijau

Keterangan :

+  = Berubah warna

–          = Tidak berubah warna

 

Tabel 2. Uji Katalase

No. Sampel

Hasil

Keterangan

A

+

Bergelembung

B

++

Bergelembung banyak

Keterangan :

+ = Terbentuk gelembung

++ = Terbentuk gelembung banyak

 

Tabel 3. Uji Motilitas

No. Sampel

Hasil

Keterangan

A

+

Bakteri bergerak keatas(Motil)

B

+

Bakteri bergerak keatas (Motil)

Keterangan :

+ = Motil (Bergerak)

+ = Motil (Bergerak)

 

Tabel 4. Uji Oksidase

No. Sampel

Hasil

Keterangan

A

+

Warna pink

B

Warna ungu

Keterangan :

+ = warna pink

–          = warna ungu

 

Tabel 5. Uji Gelatin

No. Sampel

Hasil

Keterangan

A

Media beku

B

Media beku

Keterangan :

+ = Media beku

–  = Media beku

3.2 Pembahasan

Media O/F merupakan salah satu media yang digunakan untuk pengujian fisio-metabolisme suatu bakteri yakni untuk mengetahui kemampuan memecah karbohidrat (glukosa) dalam suasana aerobic (oksidatif) atau anerobik (fermentative). Berdasarkan hasil pengujian O/F didapatkan bahwa bakteri A mampu merubah warna medium menjadi kuning dengan atau tanpa parafin, sedangkan bakteri B tidak dapat merubah medium menjadi warna kuning (dengan atau tanpa parafin). Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa bakateri A memiliki kemampuan memecah karbohidrat (glukosa) dalam suasana aerobik ataupun anaerobik sedangkan bakteri B tidak mampu memanfaatkannya baik dengan atau tanpa oksigen.

Berdasarkan uji motilitas yang telah dilakukan didapatkan bahwa baik bakteri A ataupun bakteri B motil. Hal ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakteri tidak hanya dibekas tusukan melainkan juga di atas medium. Berdasarkan pengujian oksidase diketahui bahwa bakteri A menunjmeukkan reaksi yang positif yang menunjukan warna pink, dan bakteri B menunjukan negatif yang memberikan warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri A dan B mempunyai enzim dehidrogenase.

Uji katalase positif menunjukkan bahwa bakteri mempunyai enzim katalase untuk menguraikan H2O2 menjadi oksigen dan air. Reaksi positif ditandai dengan adanya gelebung-gelembung pada gelas objek. Berdasarkan hasil pengujian baik bakteri A ataupun bakteri B menunjukkan adanya gelembung-gelembung. Yang membedakan hanya banyaknya gelembung, untuk bakteri A bergelembung sedikit dan bakteri B bergelembung banyak.

Uji selanjutnya yaitu uji gelatin. Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan. Hasil uji menunjukan kedua bakteri memberikan hasil negative (-). Hal ini menunjukan bakteri A dan B tidak memiliki enzim proteolitik karena gelatin membeku saat dimasukan ke ice bath. Atau juga dapat dikatakan bahwa gelatin tidak terhidrolisis.

Hasil pengamatan karakteristik sifat biokimia dan fisiologi bakteri dengan menggunakan beberapa uji yang kemudian dicocokkan dengan table cowan, maka dipeoleh hasil yaitu bakteri B (gram positif) adalah bakteri dari genus Bacillus sp. Menurut Pelczar (2006), bakteri Bacillus merupakan bakteri dengan bentuk batang, bersifat gram positif, dan motil. Juga membentuk endospora dan tidak lebih dari satu sel sporangium, merupakan gram positif. Bersifat aerobic sejati atau anaerobik fakultatif, kemoorganotrof, respirasi sejati, fermentasi sejati ataupun kedua-duanya. Kegiatan praktikum menunjukan bakteri Bacillus adalah bakteri fermentatif karena tabung berubah warna dari warna hijau menjadi warna kuning, juga karena bakteri dapat menghasilkan enzim katalase, dan bakteri ini juga merupakan bakteri motil karena bakteri tidak hanya tumbuh pada daerah tusukan tetapi juga tumbuh bergerak ke atas, serta  tidak mengandung enzim gelatin.

Bakteri A  (gram negatif) kemungkinan yang dapat dimasukkan adalah bakteri dari genus Chromobacterium violaceum, Beneckea, Vibrio, Plesiomonas, Aeromonas. Bakteri dari genus Chromobacterium violaceum adalah bakteri gram negative dan bersifat aerobic. Klasifikasi bakteri dari genus Chromobacterium violaceum  yaitu : domain : Bacteria, divisi : Proteobacteria, kelas : Betaproteobacteria, ordo : Neisseriales, famili : Neisseriaceae, genus : Chromobacterium (Anonim1, 2008). Bakteri dari genus Vibrio adalah bakteri yang termasuk dalam gram negative berbentuk seperti batang yang bengkok, dan bersifat aerob atau anaerob fakultatif, juga bergerak dengan aktif, dan bakteri ini biasanya berukuran 2-4 cm (Anonim², 2008). Klasifikasi bakteri dari genus Vibrio yaitu : domain : Bacteria, divisi : Proteobacteria, kelas : Gamma Proteobacteria, ordo : Vibrionales, famili : Vibrionaceae, genus : Vibrio (Anonim³, 2008). Bakteri dari genus Plesiomonas adalah bakteri gram negative, dan berbentuk batang. Klasifikasi bakteri dari genus Plesiomonas yaitu : domain : Bacteria, divisi : Proteobacteria, kelas : Gamma Proteobacteria, ordo : Enterobacterales, famili : Vibrionaceae, genus : Plesiomonas (Anonim, 2009). Bakteri dari genus Aeromonas menurut Kabata (1985) dalam Harwindani (1994) bakteri yang berbentuk batang, bergerak dengan polar flagela, dan bakteri dari genus tersebut termasuk ke dalam bakteri fakultatif aerob. Klasifikasi Bakteri Aeromonas yaitu domain : Bacteria, kingdom : Proteobacteria, phylum : Gammaproteobacteria, kelas : Aeromonadales, dan genus : Aeromonas (Anonim, 2009).

Hasil kegiatan praktikum memberikan informasi bahwa, pada saat uji O/F warna kedua tabung tidak memberikan perubahan warna, bakteri ini juga menghasilkan enzim katalase karena bakteri ini mampu menguraikan H2O2 (hidrogen peroksida) sehingga terbentuk gelembung yang banyak, dan bakteri motil karena pertumbuhan atau pergerakannya tidak hanya pada bekas tusukan tetapi juga bergerak menuju atas. Serta  tidak mengandung enzim gelatin karena tidak mampu merombak bakteri sehingga media tetap padat atau beku.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

 4.1 Kesimpulan

            Berdasarkan hasil uji yang telah dilakukan terhadap bakteri A ataupun B maka dapat disimpulkan bahwa bakteri A merupakan bakteri dari genus Chromobacterium violaceum, Beneckea, Vibrio, Plesiomonas, Aeromonas. Kemudian bakteri B merupakan bakteri negatif yang termasuk dalam Bacillus sp.

4.2 Saran

Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya digunakan bakteri dengan jenis yang lain, misalnya bakteri bentuk kokus atau dapat juga menggunakan bakteri yang merupakan parasit pada ikan.

 DAFTAR PUSTAKA

 

[Anonim1]. 2008. http://dunia-mikro.blogspot.com/2008/08/uji-katalase.html [10 april 2009]

[Anonim²]. 2008. http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/gram-negatif-berbentuk-batang/ [7 April 2009]

[Anonim³]. 2008. Vibrio. http://en.wikipedia.org/wiki/ Vibrio. [7 april 2009].

[Anonim]. 2009. Plesiomonas. http://en.wikipedia.org/wiki/ Plesiomonas [7 April 2009].

[Anonim²]. 2009. : Chromobacterium. http://en.wikipedia.org/wiki/ Chromobacterium [7 april 2009].

[Anonim³]. 2009. Aeromonas. http://en.wikipedia.org/wiki/Aeromonas [7 April 2009].

Harwindani W. 1994. Pengaruh Penyuntikan Bakteri  Aeromonas Hydrophila Terhadap Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) Setelah Perlakuan Perubahan Suhu Lingkungan. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Michael J. P., Jr dan    E. C. S. Chan. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

SKRINING BAKTERI PROBIOTIK UNTUK AKUAKULTUR

Praktikum ke-13

m.k. Dasar-Dasar Mikrobiologi Akuatik

SKRINING BAKTERI PROBIOTIK

UNTUK AKUAKULTUR

 

 Disusun oleh:

Gia Marta Novia

C14070034

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Probiotik berasal dari bahasa Latin yang berarti “untuk kehidupan” (for life) ; disebut juga “bakteri bersahabat”, “bakteri menguntungkan” , “bakteri baik” atau ” bakteri sehat”. Apabila didefinisikan secara lengkap, probiotik adalah kultur tunggal atau campuran dari mikroorganisme hidup yang apabila diberikan ke manusia atau hewan akan berpengaruh baik karena probiotik akan menekan pertumbuhan bakteri patogen/bakteri jahat yang ada di usus manusia/hewan.

Probiotik yang mengandung Lactobacillus, Bifidobacterium dan Acidophilus telah digunakan sejak berabad-abad tahun yang lalu untuk kesehatan manusia meskipun belum diketahui bahan aktifnya dan bagaimana cara bekerjanya. Lactobacillus diidentifikasi pertama kali oleh Louis Pasteur di Perancis (1845 -1895). Penemuan fungsi probiotik yang pertama kali diperoleh seorang peneliti Rusia yang bernama Metchnikoff . Atas penemuannya itu, beliau memenangkan hadiah Nobel. Teorinya dikenal dengan judul intoxication theory /eternal youth theory dimana beliau berpendapat bahwa mengkonsumsi yoghurt dapat mencegah penuaan.

Mengingat betapa bermanfaatnya bakteri probiotik bagi makhluk hidup maka dalam praktikum kali ini dikaji skrining atau penapisan bakteri probiotik, yaitu dengan menumbuhkan bakteri kandidat probiotik pada bakteri patogen.

1.2    Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari metode seleksi bakteri probiotik untuk akuakultur.

II. METODOLOGI

2.1  Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2009 pukul 07.00 – 10.00 WIB dan pengamatan hasil praktikum dilakukan pada hari Kamis tanggal 4 Juni 2009 pukul 10.00 – 10.30 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

 

2.2  Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet 1 ml, batang penyebar, kertas cakram, bunsen, cawan petri, pinset/gunting, bulb, korek api, tissue, dan inkubator.

Bahan yang digunakan selama praktikum adalah media TCBS (Thiosulphate Citrate Bile-Salt Sucrose), media SWC (Sea Water Complete), kultur murni bakteri patogen, kultur murni bakteri kandidat probiotik, 9 ml larutan fisiologis (0,85 % NaCl), dan alkohol.

2.3    Prosedur Kerja

2.3.1  Metode Kertas Cakram

Pada metode ini langkah yang pertama dilakukan yaitu biakan bakteri Vibrio harveyi diambil dengan pipet steril sebanyak 1 ml kemudian dpindahkan ke dalam medium SWC-agar, kemudian disebar dengan batang penyebar, ditunggu sampai kering. Setelah itu satu koloni tunggal bakteri probiotik disuspensikan pada 1 ml larutan garam fisiologis. Selanjutnya pada cawan petri 5 buah kertas cakram diletakkan di atas permukaan media SWC-agar yang sudah tersuspensi bakteri patogen. Kertas cakram diletakkan sebanyak 4, posisinya diletakkan di masing-masing pojok cawan petri. Kemudian yang di bagian tengah cawan diletakkan kertas cakram yang telah direndam larutan fisiologis. Langkah tersebut juga dilakukan pada suspensi bakteri kandidat probiotik-2. setelah itu dilakukan inkubasi dan pemgamatan pada hari berikutnya.

.

2.3.2 Penghambat Pertumbuhan Pada Media Cair

Langkah pertama yang dilakukan pada kultur bersama yaitu penumbuhan bakteri Vibrio harveyi dan bakteri kandidat probiotik pada media TSBC secara bersama-sama. Masing-masing cawan ditumbuhkan bakteri dengan pengenceran yang berbeda-beda.  Lalu pengenceran serial dibuat hingga 10-5, 10-6, 107 untuk kontrol dan 10-1, 100 untuk kultur campuran probiotik. Selanjutnya sebanyak 0,1 ml hasil pengenceran tersebut disebar pada media TCBS. Kemudian diinkubasikan pada suhu ruang dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh.

 

III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil

         Hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Metode Kertas Cakram

Bakteri Patogen

Bakteri Kandidat Probiotik

Diameter Zona Hambat (cm)

Vibrio harveyi

M 2

S 3

0.1

M 2

S 3

0.3

Larutan fisiologis

0.2

Tabel 2. Hasil Pengamatan Metode Kultur Bersama

No.

Jenis Bakteri

∑ Koloni

1.

Vibrio harveyi (10-5)

0

2.

Vibrio harveyi (10-6)

1

3.

Vibrio harveyi (10-7)

0

4.

Vibrio harveyi dan 1-UB (100)

TBUD

5.

Vibrio harveyi dan 1-UB (10-1)

TBUD

6.

Vibrio harveyi dan 1-UB (102)

TBUD

Gambar 1. Hasil pengamatan metode kertas cakram

 

Gambar 2. Hasil pengamatan metode cawan sebar V. harveyi 10-5, 10-6, dan 10-7

Gambar 3. Hasil pengamatan metode cawan sebar V. harveyi dan 1-UB (100, 10-1)

 

 3.2  Pembahasan

Gram et al (1999) dalam Irianto (2003) mengungkapkan bahwa, probiotik merupakan segala bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan inangnya. Probiotik sangat penting bagi akuakultur, karena digunakan sebagai pengendalian biologis, sebagai perbaikan kualitas, dll (Garriques & Arevalo, 1995 dalam Irianto, 2003).

Berdasarkan hasil praktikum dalam tabel 1 pada metode kerta cakram adanya penghambatan pertumbuhan dapat diidentifikasi melalui ada tidaknya zona bening yang timbul. Hasil yang ditunjukkan pada kertas cakram terdapatnya diameter zona hambat pada sekitar kertas cakram. Pada S3  diameternya 0.1 cm dan 0.3 cm. Larutan fisiologis yang berfungsi sebagai kontrol negative juga terdapat zona bening yaitu sebesar 0.2 cm. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri probiotik pada S3 dan larutan fisiologis memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan V. Harvey atau mampu bersaing dalam memanfaatkan nutrien di dalam media tumbuh.

Hasil pengamatan pada metode kultur bersama didapatkan data bahwa bakteri Vibrio harveyi yang diencerkan sebanyak 5, 6, dan 7 kali, hanya pada pengenceran ke-6 yang tumbuh yaitu 1 koloni. Sedangkan pada Vibrio harveyi dan 1-UB yang diencerkan sebanyak 0, 1, dan 2 kali jumlah koloni yang tumbuh adalah TBUD.

Menurut Laranja (2007) mekanisme antagonistik probiotik bekerja dengan beberapa macam cara antara lain:

  • Produksi senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain sebagai contoh bacteriocins, antibiotik seperti surfactins, itulins, bacilysins yang diproduksi spesies bacillus.
  • Kompetisi terhadap substansi yang essensial (yang diperlukan untuk metabolisme). Sebagai contoh Vibrio strain P memenangkan persaingan dengan vibrio patogen dengan mengabsorbsi zat besi. Hal ini dikarenakan Vibrio strain P memproduksi siderophores.
  • Kompetisi untuk ruang adhesi (adhesion sites). Semakin awal kolonisasi probiotik potensial di dalam saluran pencernaan, maka semakin bagus (potensi kerja probiotik).
  • ‘Quorum sensing’ antar bakteri. Bakteri dapat berkomunikasi satu sama lain dengan memanfaatkan molekul tertentu yang berperan sebagai sinyal. Dengan quorum sensing, populasi bakteri dapat meregulasi ekspresi gen dan pada akhirnya mempengaruhi komunitas bakteri tersebut.

Berdasarkan hasil percobaan dapat pula dibandingkan antara metode kertas cakram dengan metode kultur bersama. Metode kultur bersama tampak lebih efektif dalam menilai kerja dari suatu jenis probiotik. Hal ini karena dalam kultur bersama akan nampak persaingan antara bakteri patogen dengan bakteri probiotik yang kita kultur.

 

IV.  KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan

Metode seleksi bakteri probiotik dapat menggunakan metode kertas cakram ataupun kultur bersama. Pada metode kultur bersama persaingan antar bakteri lebih jelas terlihat. Tujuan dari paraktikum ini berhasil dimana praktikan telah mempelajari metode seleksi bakteri probiotikkhususnya Vibrio harvey untuk akuakultur

 

5.2  Saran

Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya digunakan bakteri probiotik dari jenis lain untuk memperkaya khazanah pengetahuan tentang bakteri probiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto A. 2003. Probiotik Akuakultur. Jakarta : Gadjah Mada Uneversity Press.

Laranja, J. 2007. Mekanisme Antagonistik Dari Probiotikhttp://akuakultur.wordpress.com/2007/01/22/mekanisme-antagonistik-dari-probiotik/ [5 Juni 2009].

 

PENGARUH SUHU DAN SALINITAS TERHADAP VIABILITAS BAKTERI

Praktikum ke-11

m. a. Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik

PENGARUH SUHU DAN SALINITAS

TERHADAP VIABILITAS BAKTERI

Oleh :

Gia Marta Novia

C14070034

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Bakteri juga memiliki kebutuhan dasar yang sama meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bakteri merupakan organisme yang bersifat prokariotik dengan inti tidak berselaput. Dalam lingkungan, bakteri ini berperan sangat penting dalam menguraikan zat-zat organik.

Bakteri dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika serta faktor biotik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor kimia mencakup pH, DO, amonia, dan lain-lain. Sedangkan faktor fisika mencakup suhu, salinitas, tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain.

Bakteri mempunyai kisaran tertentu dalam suhu. Dalam pertumbuhannya, suhu bakteri terbagi 3 macam, yaitu minimum, optimum, dan maksimum. Bakteri akan tumbuh dengan baik pada suhu optimum.

Selain suhu, bakteri juga dipengaruhi oleh salinitas atau tekanan osmotik. Tekanan osmotik terbagi 3, yaitu hipotonis, isotonis, dan hipertonis. bakteri akan tumbuh dengan baik atau akan hidup pada keadaan isotonis, karena pada keadaan hipotnis ataupun hipertonis sel bakteri tidak akan mampu menahannya lalu kemudian pecah atau mati kehabisan cairan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk mengetahui pengaruh salinitas dan suhu terhadap viabilitas bakteri.

1.2.  Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas dan suhu terhadap viabilitas atau kelangsungan hidup bakteri.

II. METODE KERJA

 2.1. Waktu dan Tempat

            Praktikum yang berjudul Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Viabilitas Bakteri ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2009 pada pukul 07.00 -10.00 WIB, serta pengamatan dilakukan pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2009 di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2. Alat dan Bahan

            Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri, jarum ose, tabung Eppendorf, inkubator, korek api, pembakar Bunsen, dan tissue.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah media TSA dengan berbagai macam konsentrasi NaCl (0 %, 1,5%, 3%, 10%), dan biakan cair bakteri Aeromonas sp dan Bacillus sp berumur 24 jam.

2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 Pengaruh Suhu Terhadap Viabilitas Bakteri

Masing-masing biakan bakteri digores pada media TSA (setiap petri untuk 2 jenis bakteri dan 1 macam suhu hasil inkubasi ). Sebelumnya bakteri yang digunakan telah diinkubasi pada temperatur kamar, lemari es, suhu 370C dan 700C selama 30 menit  Setelah itu, biakan hasil goresan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Proses tersebut harus dilakukan secara aseptik yaitu dengan menyemprotkan alkohol 70% pada daerah sekitar api bunsen dan tangan., serta pemindahan bakteri tersebut jangan terlalu jauh dengan api bunsen. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminan. Kemudian setelah inkubasi pertumbuhan dari masing-masing biakan dicatat.

 2.3.2 Pengaruh Salinitas Terhadap Viabilitas Bakteri

Agar cawan yang sudah padat dibalik dan dibuat garis dengan spidol pada pertengahan petri sehingga menjadi 2 sektor. Kemudian dibuat piaraan goresan dari masing-masing bakteri pada tiap konsentrasi NaCl pada cawan petri. Setelah itu, dilakukan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Hasil

Tabel 1. Pengaruh Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila dan Bacillus sp.

No.

Perlakuan suhu

Bakteri

Aeromonas hydrphila

Bacillus sp.

1.

Suhu kamar

+++

+++

2.

Suhu kulkas

++

++

3.

Suhu 37 0C

+++

++

4.

Suhu 700C

+

Keterangan      :+++    : tumbuh luar biasa

++       : tumbuh baik

+       : tumbuh sedikit

–             : tidak tumbuh

Tabel 2. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas hydrophila dan Bacillus sp.

No.

Perlakuan salinitas

Bakteri

Aeromonas hydrphila

Bacillus sp.

1.

Salinitas 0%

+++

+++

2.

Salinitas 1,5%

++

++

3.

Salinitas 3%

+

+

4.

Salinitas 10%

Keterangan      :+++    : tumbuh luar biasa

++       : tumbuh baik

+       : tumbuh sedikit

–             : tidak tumbuh

3.2  Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikan pada praktikum ini, dapat diketahui bahwa bakteri Aeromonas sp. masih dapat tumbuh pada perlakuan suhu 37oC, tetapi tak tumbuh pada perlakuan suhu 70oC. Sedangkan untuk bakteri Baccilus sp. masih dapat tumbuh pada perlakuan suhu hingga 70oC. Untuk perlakuan salinitas diketahui bahwa bakteri Aeromonas sp. tidak mampu hidup pada salinitas 10%. Perlakuan salinitas yang lain bakteri Aeromonas sp. maupun bakteri Baccilus sp. dapat hidup dan tumbuh pada perlakuan salinitas 0%, 1,5 %, 3% dan 10% (untuk Bacillus sp.). Pertumbuhan banyaknya bakteri yang tumbuh di tandai dengan banyakknya tanda plus (+) dari yang tumbuh luar biasa sampai tumbuh sedikit.

Tidak tumbuhnya bakteri pada suhu tertentu ataupun pada salinitas tertentu menunjukkan bahwa mikroorganisme termasuk di dalamnya bakteri mempunyai kisaran faktor lingkungan spesifik yang mendukung kehidupannya. Perbedaan tingkat pertumbuhan pada perlakuan yang berbeda juga menunjukkan bahwa bakteri memiliki kisaran faktor lingkungan yang optimal untuk keperluan pertumbuhannya. Menurut Pelczar (2006) bakteri memerlukan kisaran suhu, salinitas, dan pH tertentu untuk suatu pertumbuhan yang optimal.

Apabila dilihat dari tingkat pertumbuhannya, diketahui bahwa bakteri Aeromonas sp. tumbuh optimal  pada suhu kamar, suhu 37oC dan tumbuh luar biasa pada tingkat salinitas 0%. Hal ini karena bakteri Aeromonas sp. merupakan bakteri yang hidup pada suhu sedang dan perairan tawar hingga payau. Fakta mengenai hal ini dapat dilihat dari banyaknya ikan air tawar ataupun payau yang terserang bakteri ini. Menurut Livianty dan Afrianto (2001) dalam Kuswardani, (2006), bakteri Aeromonas sp. merupakan salah satu spesies bakteri yang hidup dilingkungan perairan tawar dan perairan payau. Perairan yang mengandung bahan organik tinggi dan bersuhu 15 – 30oC serta tingkat pH 5,5 – 9 menjadi tempat yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan bakteri Aeromonas sp.

Secara morfologis Aeromonas sp. berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,0 – 1,5 µm dan lebar 15,7 – 15,8 µm, termasuk bakteri gram negatif, bersifat motil dan bergerak dengan satu polar flagela, oksidatif fermentatif dan termasuk bakteri yang fakultatif aerobik (Kabata, 1985 dalam Kuswardani, 2006)

Berdasarkan hasil perlakuan suhu dan salinitas yang telah dicobakan pada bakteri Bacillus sp. dapat diketahui bahwa bakteri ini dapat tumbuh hingga suhu 70oC, dan tumbuh luar biasa pada salinitas 0%. Kemampuan Baccilus sp. untuk tumbuh pada suhu 70oC karena sifat dari bakteri ini, yaitu termasuk dalam bakteri termofil. Sedangkan tidak tumbuhnya bakteri pada salinitas tinggi dikarenakan bakteri ini umumnya hidup di dalam tanah yang pada umumnya bersalinitas rendah.

Menurut Pelczar dan Chan (2006), Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang 0,3-2,2 µmx1,27-7,0 µm, sebagian besar motil, flagellum khas lateral, membentuk endospora, respirasi sejati, fermentasi sejati atau kedua-duanya yaitu respirasi dan fermentasi, anaerobik fakultatif dan aerobik sejati umumnya dijumpai di dalam tanah. Sedangkan Kamelia (2000) menyatakan bahwa bakteri Baccilus sp. merupakan bakteri yang mampu bertahan hidup pada kondisi ekstrem yaitu suhu di atas 55oC.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

 4.1 Kesimpulan

            Bakteri Aeromonas sp. maupun bakteri Bacillus sp. tidak mampu tumbuh pada kadar salinitas tinggi. Bakteri Bacillus sp. merupakan bakteri yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (termofilik), sedangkan Aeromonas sp. merupakan bakteri mesofilik. Kegiatan praktikum ini berhasil dimana praktikan dapat mengetahui pengaruh dan kisaran yang baik pada suhu dan salinitas untuk bakteri Aeromonas sp. dan Bacillus sp..

4.2 Saran

            Untuk praktikum mengenai uji viabilitas bakteri sebaiknya ditambah perlakuan dengan memberikan pH berbeda pada setiap bakteri. Hal ini karena pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

 Kamelia, R. 2000. Isolasi dan Karakterisasi Protease Intraselular Termostabil dari Bakteri Bacillus stearothermophilus RP1. Bandung : ITB.

Kuswardani, Yusnita. 2006. Pengaruh Pemberian Resin Lebah Terhadap Gambaran Darah Maskoki (Carassius auratus) Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB.

Pelczar, M. J. Dan Chan, E. C. S. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Press: Jakarta.


UJI MIKROBIOLOGIS AIR

Praktikum ke-10

m. a. Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik

 

UJI MIKROBIOLOGIS AIR

Oleh :

Gia Marta Novia

C14070034

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


I. PENDAHULUAN

 1.1  Latar Belakang

 Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik, yaitu mahluk yang mempunyai ukuran  sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang bersifat merugikan bagi kepentingan manusia, karena adanya bakteri yang menguntungkan bagi kepentingan manusia maka perlu dipelajari bagaimana supaya bakteri yang menguntungkan ini, keberadaannya (kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang merugikan (pathogen) dapat dicari anti biotik dan dapat dilakukan suatu tindakan antisipasi atau tindakan pencegahan dari infeksi bakteri ini.

Bakteri dapat hidup diberbagai macam habitat. Air merupakan salah satu habitat bakteri. Air yang sudah tercemar oleh bakteri patogen sangat berbahaya apabila sampai terminum oleh manusia. Bakteri jenis Escherichia coli merupakan petunjuk yang paling efisien dalam menduga pencemaran air. Hal ini karena bakteri ini hanya dan selalu terdapat dalam tinja. Oleh karena itu dalam praktikum ini dilakukan uji mikrobiologis air dengan beberapa sample air.

 I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Uji Mikrobiologis Air ini adalah mandeteksi bakteri Escherichia coli sebagai indicator pencemaran oleh tinja.

II. METODE KERJA

2.1 Waktu dan Tempat

             Praktikum  ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Mei 2009 pukul 07.00-10.00 di Laboratorium Kesehatan Ikan. Praktikum kedua dilakukan pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 pukul 10.30, dan pengamatan hari Jumat tanggal 15 Mei 2009 pukul 10.00 di Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan

 Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum uji mikrobiologis ini adalah lup inokulasi (ose), pipet tetes, cawan petri, korek api (gas), tabung durham, bunsen, inkubator untuk menginkubasi bakteri. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah 12 sampel air dari tempat yang berbeda, alkohol 70%, media EMBA, dan media lauril triptosa cair.

2.3 Prosedur Kerja

 Air sampel yang telah dibawa dihomogenkan. Selanjutnya dipindahkan sebanyak 1 ml ke dalam medium lauril triptosa. Setelah itu sampel diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 35oC dan diamati perubahan yang terjadi. Hasil biakan yang menunjukkan reaksi positif digoreskan pada medium EMBA dan diinkubasikan lagi pada suhu 35oC selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengamatan, warna hijau metalik menunjukkan bahwa di dalam sampel terdapat bakteri E. Coli.

          

 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Uji Mikrobiologis Air

Uji Presumtived Uji Confirmed
No. Air Sampel 1ml 10 ml 1 ml 10 ml
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Air Bara 1 + + + + + +
2 Air Kran Toilet BDP + + + + + + + + + + + +
3 Air Bara 2 + + + + + + + +  +
4 Sumur Bateng + + + + + +
5 Aqua
6 Air Kantin Dolphin + + + + + + + + +
7 Air Aceros
8 Air Badoneng +
9 Air Astri + + + + + + + + + + + +
10 Air Astra + + + + + + + + +
11 Danau LSI + + + + + + + + + + + +
12 Kolam Bawah + + + + + + + + + + + +

Keterangan :

Uji Presumtived : +   = Ada gelembung di tabung durham

: –    = Tidak ada gelembung di tabung durham

Uji Confirmed     : +   = Koloni berwarna hijau metalik

–        = Koloni tidak berwarna

 3.2 Pembahasan

            Kegiatan praktikum mengenai uji mikrobiologis air dilakukan melalui tiga tahapan yaitu uji duga, uji penguat, dan uji lengkap. Semua uji melalui tahapan-yahapan yang mesti dilakukan secara bertahap. Praktikum uji mikrobiologis kali ini hanya menggunakan dua uji yaitu uji duga dan uji penguat.

Uji duga (presumtived test) merupakan uji yang menunjukan organisme yang dapat memfermentasi laktosa menghasilkan asam dan gas. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa bakteri yang terkandung dalam sample (air kran toilet BDP, bara 2, sumur bateng, kantin dolphin, badoneng, astri, astra, LSI, Kolam bawah) dapat memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang ditunjukan dengan adanya gelembung pada media lauril triptosa cair. Hal ini menunjukan sample mengandung bakteri Escherichia coli. Menurut Fardiaz (1992), Pada kondisi aerobik bakteri ini (Escherichia coli) mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen metabolisme menjadi bersifat fermentatif dan energi diproduksi dengan cara memecah gula menjadi asam organik. Jenis bakteri ini dapat tumbuh pada medium sederhana pada kisaran pH dan suhu yang luas. Ditambahkan lagi oleh Fardiaz (1992), Escherichia coli memproduksi lebih banyak asam di dalam medium glukosa, yang dapat dilihat dari indikator merah metil, memproduksi indol, tetapi tidak memproduksi asetoin (asetil metil karbinol). Bakteri ini memproduksi CO2 dan H2 dengan perbandingan 1:1 dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.

Selanjutnya adalah uji penguat (corfirmed test). Uji ini merupakan lanjutan dari presumtived test, yang diawali dengan membuat piaraan agar tuang dari piaraan laktosa cair pada media agar selektif dan diferensial yaitu Eosine Methyline Blue Agar (EMBA). Uji ini dilakukan untuk memperkuat dugaan bahwa sample yang dipakai dalam percobaan benar-benar mengandung bakteri Escherichia coli. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa dalam medium EMBA terdapat koloni bakteri E. coli yang ditunjukan dengan warna hijau metalik pada medium EMBA tersebut. Menurut Wigati (2004), Escherichia coli biasanya tidak berkapsul. Pada media agar, koloni bakteri yang tumbuh tampak basah, halus, berwarna putih dan permukaannya licin. Bakteri ini meragi glukosa menjadi asam, mereduksi nitrat menjadi nitrit, ada yang membentuk idol dan bereaksi positif pada uji merah fakultatif. Bakteri ini motil, sel-selnya peritrikus (fagela secara merata tersebar diseluruh permukaan tubuh) dan memiliki ciri-ciri biokimia, banyak sekali terjadi perubahan pada substrat dan keterangan ini memberikan cara-cara dasar untuk pembedaan dan identifikasi spesies (Pelezar dan Chan ,1986).

Dari hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa semua sample mengandung E. coli kecuali pada air aceros dan aqua yang tidak mengandung bakteri E. coli sama sekali. Air sampel yang positif mengandung E. coli sudah pasti tercemar oleh tinja dan mengandung bakteri pathogen. kehadiran E. coli merupakan petunjuk vang paling efisien, karena E.coli tersebut hanya dan selalu terdapat dalam tinja. Dengan ditemukannya bakteri coliform terutama E. coli, maka diduga keras bahwa air itu mengandung patogen. Pathogen penyebab penyakit misalnya Salmonella typhosa, Shigella dysenteriae dan Vibrio comma. Bakteri E. coli merupakan jasad indicator pencemaran air atau makanan oleh tinja. Air atau makanan yang mengandung bakteri coliform atau E. coli, maka dikatakan bahwa air atau makanan tersebut memiliki kualitas yang tidak baik dan tidak layak digunakan untuk kepentingan manusia (mandi, makan, minum dll) karena air yang tercemar oleh tinja (E. coli), mengandung bakteri pathogen yang membahayakan kesehatan manusia. Sebagian besar E. coli merupakan mikrobiota normal pada saluran pencernaan manusia dan binatang tetapi ada beberapa galur yang bersifat patogen (Kreg & Holt, 1984 dalam: Wigati, 2004).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

 4. 1 Kesimpulan

 

            Kegiatan praktikum mengenai uji mikrobiologis air untuk mengetahui bakteri  E. coli ini dikatakan berhasil. Indikator keberhasilan dapat dilihat dari para praktikan yang dapat mengetahui adanya ciri-ciri bakteri E. coli pada sampel air ditandai dengan warna hijau metalik pada air sampel yang positif mengandung bakteri E.coli. Air minum aqua dan aceros tidak mengandung bakteri yang terdapat pada tinja ini.

 4.2 Saran

Pada kegiatan praktikum selanjutnya disarankan agar jenis bakteri yang diuji banyak dan lebih bervariasi. Dalam hal ini dapat digunakan jenis bakteri yang berbeda untuk setiap kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

 Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.

Pelezar, M.J. & Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi, volume 1 .Hadioetomo; R.S, Imas, T; Tjitrosomo, S.T; Angka, S.L. Jakarta: UI-pres; 1986. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.

Wigati, KT. 2004. Disinfeksi Escherichia coli melalui Fotoelektrokataksis pada lapisan Komposit [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNGAN CAWANMeto

Praktikum ke-9

m. a. Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik

 PERHITUNGAN BAKTERI

DENGAN METODE HITUNGAN CAWAN

Oleh :

Gia Marta Novia

C14070034

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

I. PENDAHULUAN

 1.1.  Latar Belakang

Mikroba merupakan organisme yang sangat kecil. Untuk mengetahui banyaknya mikroba misalnya bakteri pada suatu sample sangat tidak mungkin bila kita tidak menggunakan metode penghitungan. Dalam dunia mikrobiologi, mikroba seperti bakteri dapat diperkirakan jumlahnya dengan suatu metode penghitungan. Terdapat dua metode penghitungan bakteri yaitu metode hitungan mikroskopis langsung (direct microscopis count) dan metode hitungan tak langsung (indirect count) dengan hitungan cawan, baik dengan metode penyebaran maupun metode penuangan.

Dalam aplikasinya pengetahuan mengenai jumlah bakteri penting untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut. Penghitungan bakteri secara langsung memiliki banyak kelemahan yaitu tidak dapat membedakan sel mati dan sel hidup, selain itu penghitungannya rumit karena sel bakteri sangat kecil dan berjumlah banyak. Oleh karena itu dalam raktikum ini dikaji cara penghiungan bakteri dengan metode penghitungan tak langsung.

1.2.  Tujuan

Tujuan dari praktikum yang berjudul penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan ini adalah agar praktikan dapat mempelajari cara melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel dengan metode hitungan cawan.  

  II. METODE KERJA

 2.1. Waktu dan Tempat

            Praktikum yang berjudul Penghitungan Bakteri dengan Metode Hitungan Cawan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 Mei 2009 pada pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan dan pengamatan hasil praktikum dilakukan pada hari Kamis, 7 Mei 2009 di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2. Alat Dan Bahan

            Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung reaksi, jarum ose, batang penyebar, korek api, pembakar Bunsen, tissue, dan cawan Petri.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah biakan bakteri Pseudoalteromonas sp dalam bentuk suspensi, akuades steril, alkohol 90% dan 70%, media SWC padat, dan larutan fisiologis (0,85% NaCl), media SWC cair.

2.3. Prosedur Kerja

Tabung-tabung yang berisi larutan fisiologis disiapkan dan disusun berderet. Kemudian, diberi label untuk pengenceran dari 10-3 sampai 10-5 pada setiap tabung. Sampel suspensi bakteri dikocok sampai kekeruhannya merata. Kemudian, secara aseptik sampel bakteri dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke tabung pengenceran 10-3 serta dikocok homogen. Pipet yang sudah digunakan diletakkan dalam wadah yang disediakan. Lalu, sama seperti perlakuan di atas untuk tabung pengenceran 10-4 dan 10-5. Cawan petri steril dan cawan petri berisi media SWC disiapkan masing-masing sebanyak 3 buah. Setiap cawan diberi label sesuai dengan label tabung yang akan dituang/disebar. Sebanyak 0,1 ml sampel dari tabung pengencer 10-3, 10-4, dan 10-5 dipipet lalu masing-masing disebar pada media SWC dengan batang penyebar. Kemudian sebanyak 0,1 ml sampel dari tabung pengencer 10-3, 10-4, dan 10-5 dipipet sekali lagi lalu dituang ke dalam cawan petri steril. Media SWC cair ditambahkan lalu cawan digoyang-goyangkan membentuk angka 8. Setelah cawan memadat diletakkan dalam posisi terbalik untuk diinkubasi pada suhu kamar selam 24 jam. Jumlah koloni yang tumbuh pada sampel dihitung dan dikalikan dengan faktor pengencerannya.

Rumus perhitungan jumlah bakteri

Jumlah bakteri=  jumlah koloni x faktor pengenceran x volume sampel

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil Perhitungan dengan Metode Hitungan Cawan skala 30-300

Kelompok Metode 10-3 (CFU/ml) 10-4 (CFU/ml) 10-5 (CFU/ml) Rata-rata (CFU/ml)
1. Tuang 215×104 30×105 219×106 7,472×107
Sebar TBUD Kontaminan TBUD
2. Tuang TBUD TBUD TBUD
Sebar Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri 297×105 123×106 5,09×107
3. Tuang Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri
Sebar Tidak tumbuh bakteri Tidak tumbuh bakteri Tidak tumbuh bakteri
4. Tuang Tidak tumbuh bakteri Tidak tumbuh bakteri Tidak tumbuh bakteri
Sebar Tidak tumbuh bakteri Tidak tumbuh bakteri Tidak tumbuh bakteri
5. Tuang 137×104 TBUD TBUD 4,56×105
Sebar TBUD Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri 195X106 6,5×107
6. Tuang TBUD 35×105 TBUD 1,167×106
Sebar TBUD 103×105 TBUD 3,43×106
7. Tuang Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri TBUD TBUD
Sebar Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri
8. Tuang 245×104 TBUD Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri 8,16×105
Sebar Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri 103×105 dan terdapat kontaminan TBUD 3,43×106
9. Tuang Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri
Sebar 160×104 Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri 5,33×105
10. Tuang TBUD Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri
Sebar TBUD TBUD Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri
11. Tuang TBUD 66X105 dan terdapat kontaminan TBUD 2,2×106
Sebar TBUD TBUD 24×106 8×106
12. Tuang Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri
Sebar Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri Kontaminan dan tidak tumbuh bakteri

Keterangan :

TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung

Contoh Perhitungan :

Dikt : jumlah koloni = 215

Pengenceran   = 103

Dit : jumlah bakteri ?

Jwb.

Jumlah bakteri=  jumlah koloni x faktor pengenceran x volume sampel

= 215 x 103 x10

= 215x 104 cfu/ml

3.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, bakteri yang digunakan yaitu bakteri Pseudoalteromonas Sp. yang dibiakkan dalam bentuk suspensi. Bakteri ini hidup di laut sebagai organisme aerobik. Bersifat motil, non-fermentatif, dan merupakan bakteri gram-negatif (Holmstrom dan Kjelleberg, 1999). Berikut adalah klasifikasi dari bakteri Pseudoalteromonas  berdasarkan (Answer, 2007):

Kingdom         : Bakteria

Phylum            : Proteobakteria

Class                : Gamma Proteobakteria

Ordo                : Alteromonadales

Famili              : Alteromonadaceae

Genus              : Pseudoalteromonas

Spesies            : Pseudoalteromonas sp.

Menurut Hadioetomo (1993), jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam sampel. Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan koloni adalah yang mengadung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sempel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada cawan sebar dan cawan tuang ditemukan adanya bakteri yang tumbuh. Tetapi banyak juga diperoleh hasil yang kontaminan dan tidak tumbuh bakteri. Banyaknya kontaminan dan tidak tumbuhnya bakteri, dimungkinkan terjadi karena batang penyebar yang kurang steril, kemudian saat penuangan atau saat mengambil sampel yang kurang steril sehingga kontaminan dapat tumbuh (Megamii, 2009).

Tidak tumbuhnya bakteri pada metode cawan tebar pengenceran 10-5 dapat dikarenakan terlalu banyaknya pengenceran. Menurut Fardiaz (1992), jika pada semua pengenceran dihasilkan koloni bakteri < 30  koloni pada cawan petri, maka pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. sedangkan jika pada semua pengenceran dihasilkan koloni bakteri > 300  koloni pada cawan petri, maka pengenceran yang dilakukan terlalu rendah.

Pengenceran digunakan karena untuk menumbuhkan bakteri pada media yang terbatas tidak mungkin dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu. Pengenceran ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel (Pelchzar, 2006). 

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

 4.1. Kesimpulan

            Prinsip penghitungan bakteri menggunakan metode tak langsung adalah pada tahap pengenceran. Bakteri yang ditumbuhkan pada cawan, baik sebar maupun tuang adalah bakteri dari jenis Pseudoalteromonas. Pada cawan sebar dan tuang, kedua-duanya terdapat kontaminan dan tidak tumbuhnya bakteri.

4.2. Saran

            Pada kegiatan praktikum selanjutnya disarankan agar jenis bakteri yang diuji banyak dan lebih bervariasi. Dalam hal ini dapat digunakan jenis bakteri yang berbeda untuk setiap kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Answer. 2007. Pseudoalteromonas. http://answer.com/topic/pseudoalteromonas. 14/05/07. 16.30.

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Teknik dan Prosedur dasar dalam Praktikum. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama

Holmstrom, C. and S. Kjelleberg (1999). “Marine Pseudoalteromonas species are associated with higher organisms and produce biologically active extracellular agents.” FEMS Microbiol Ecol 30 (4): 285-293.

Pleczar, M.J.2006.  Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press.

PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP VIABILITAS BAKTERI

Praktikum ke-12

m. a. Dasar-dasar Mikrobiologi Akuatik

  PENGARUH BAHAN ANTIMIKROBA TERHADAP VIABILITAS BAKTERI

Oleh :

Gia Marta Novia

C14070034

 TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam persyaratan pertumbuhannya. Bakteri juga memiliki kebutuhan dasar yang sama meliputi air, karbon, energi, mineral, dan faktor tumbuh. Bakteri merupakan organisme yang bersifat prokariotik dengan inti tidak berselaput. Dalam lingkungan, bakteri ini berperan sangat penting dalam menguraikan zat-zat organik.

Bakteri dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu faktor abiotik meliputi kimia dan fisika serta faktor biotik yang berhubungan dengan makhluk hidup lain. Faktor fisika mencakup suhu, salinitas, tekanan osmotik, pengeringan, dan lain-lain. Sedangkan Faktor kimia mencakup pH, DO, amonia, bahkan antimikroba juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri.

Bahan antimikroba sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Akan tetapi tidak semua bahan antimikroba berpengaruh terlalu kuat terhadap bakteri. Hal ini dipengaruhi oleh jenis bakteri dan bahan antimikroba itu sendiri. Bahan antimikroba dapat menghambat perkembangbiakan bakteri (bakteriostatik), bahkan ada yang sanggup membunuhnya (bakteriosida)., dengan tahapan sebagai berikut, yaitu merusak membran, mendenaturasi protein, menghambat pembentukan dinding sel, dan mengganggu sintesis protein. Pada praktikum kali ini digunakan berbagai macam bahan antimikroba seperti formalin, alkohol, antibiotik, dan ekstrak pace-pace.

1.2. Tujuan

Tujuan dari paktikum ini adalah mengamati pengaruh bahan antimikroba terhadap viabilitas bakteri.

 II. METODE KERJA

 2.1  Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 27 Mei 2009 pukul 07.00 – 10.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sedangkan kegiatan pengamatannya dilakukan pada hari Kamis, 28 Mei 2009 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jarum ose, cawan petri, rak tabung reaksi, tabung Eppendorf, inkubator, pinset, pipet steril, batang penyebar, botol semprot, pembakar Bunsen, dan korek api.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah biakan cair bakteri Aeromonas sp. dan Bacillus sp., larutan fisiologis, larutan antibiotik (tetracyline, chloram-fenico dan erythromycine), larutan alkohol, larutan ekstrak pace-pace, larutan bawang putih, larutan daun pepaya, larutan formalin, medium TSA, kertas saring steril, dan alkohol 70% untuk sterilisasi.

2.3  Prosedur Kerja

Pertama-tama diambil 0,1 ml suspensi bakteri, lalu diteteskan pada media TSA, kemudian disebar secara merata dengan batang penyebar (media TSA untuk satu macam bakteri). Selanjutnya pinset dibakar sebentar di atas nyala api, lalu diambil kertas saring dengan pinset satu-persatu. Setelah itu dicelupkan kertas saring I ke dalam larutan fisiologis dan diletakkan di atas permukaan media TSA yang telah disebari biakan bakteri. Kemudian dicelupkan kertas saring II ke dalam larutan antibiotik dan diletakkan pada cawan petri yang sama dengan jarak tertentu, hal yang sama dilakukan untuk jenis antibakteri yang lain. Biakan bakteri dalam cawan petri lalu diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengamatan pertumbuhan bakteri yang terjadi dan diukur diameter daerah bening yang timbul.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Zona Hambat Bahan Anti Mikroba

Kel.

Bakteri

Bahan Anti Mikroba

Fitofarmaka (bawang putih)

Antibiotik (tetra cycline)

Formalin

Alkohol

Larutan fisiologis

1. Aeromonas hydrophila 0.8 cm 2.1 cm 0.8 cm 1 cm
Bacillus sp 0.9 cm 1.1 cm 0.6 cm 1 cm
4. Aeromonas hydrophila 0.5 cm 1.5 cm 0.5 cm 0.8 cm
Bacillus sp 0.8 cm 1.2 cm 2.3 cm 0.6 cm
7. Aeromonas hydrophila 0.05 cm 0.3 cm 0.2 cm 0.15 cm 0.3 cm
Bacillus sp 0.1 cm 0.7 cm 0.2 cm 0.2 cm 0.1 cm
10. Aeromonas hydrophila 0.2 cm 0.8 cm 0.3 cm 0.2 cm 0.4 cm
Bacillus sp 0.1 cm 0.8 cm 0.5 cm 0.3 cm 0.3 cm

Tabel 2. Hasil Pengamatan Zona Hambat Bahan Anti Mikroba

Kel.

Bakteri

Bahan Anti Mikroba

Fitofarmaka (pace-pace)

Antibiotik (erythro-mycine)

Formalin

Alkohol

Larutan Fisiologis

2. Aeromonas hydrophila 1.1 cm 0.6 cm 0.8 cm 1.2 cm 0.5 cm
Bacillus sp 1 cm 2 cm 0.9 cm 0.8 cm
5. Aeromonas hydrophila 0.1 cm 0.2 cm 0.2 cm
Bacillus sp 0.1 cm 2 cm 0.1 cm 0.3 cm 0.1 cm
11. Aeromonas hydrophila 0.1 cm 0.2 cm 0.1 cm 0.4 cm
Bacillus sp 0.2 cm 1.6 cm 0.1 cm

 

Tabel 3. Hasil Pengamatan Zona Hambat Bahan Anti Mikroba

Kel.

Bakteri

Bahan Anti Mikroba

Fitofarmaka (pepaya)

Antibiotik (chloram-fenicol)

Formalin

Alkohol

Larutan Fisiologis

3. Aeromonas hydrophila 0.5 cm 0.9 cm 0.8 cm 0.6 cm 0.85 cm
Bacillus sp 1.2 cm 1.6 cm 0.9 cm 1.35 cm 0.9
6. Aeromonas hydrophila 0.1 cm 0.6 cm 0.6 cm 0.2 cm
Bacillus sp 0.7 cm 1.6 cm 1.1 cm 0.2 cm 0.6 cm
9. Aeromonas hydrophila 0.7 cm 0.4 cm 0.1 cm 0.1 cm
Bacillus sp 0.3 cm 2.5 cm 0.4 cm 1 cm 0.5 cm
12. Aeromonas hydrophila 0.2 cm 1 cm 0.7 cm 0.2 cm 0.8 cm
Bacillus sp 0.2 cm 1.7 cm 0.2 cm 0.25 cm 0.2 cm

Tabel 4. Hasil Pengamatan Zona Hambat Bahan Anti Mikroba

Kel. Bakteri Bahan anti mikroba
Fitofarmaka (bawang putih) Antibiotik (erytro-mycin) Formalin Alkohol Larutan fisiologis
8. Aeromonas hydrophila 0.3 cm 2 cm 0.3 cm 0.3 cm
Bacillus sp

3.2. Pembahasan

            Praktikum kali ini adalah ingin mencoba bahan antibiotik mana yang paling kuat pengaruhnya terhadap viabilitas bakteri. Dan kali ini bahan antimikroba yang digunakan adalah formalin, alkohol, larutan bawang putih, antibiotik, larutan pepaya, dan ekstrak pace-pace dengan larutan fisiologis sebagai kontrol.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa bahan antimikroba yang diparaktikumkan mampu menghasilkan zona bening di sekitarnya. Hal ini berarti bahan-bahan ini memiliki zat anti bakteri. Zat anti bakteri ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sekitarnya. Sistem kerja suatu senyawa antibiotik bisa terjadi dengan beberapa macam cara. Beberapa macam cara yang mungkin akan berlangsung yaitu:

  1. Menghambat pembentukan dinding sel (penicillin, bacitracin),
  2. Mengganggu sintesis asam nukleat (actinomycin D, griseofulvin
  3. Menghambat sintesis protein (chloramphenicol, streptomycin, erythromycin, tetracycline),
  4. Merusak fungsi membran plasma (colistin, polymyxins).

Dalam pengamatan didapatkan bahwa diameter zona bening yang dihasilkan oleh larutan-larutan ini berbeda-beda. Perbedaan ini juga dapat dilihat pada pengujian terhadap jenis bakteri yang berbeda. Hal ini karena kemampuan zat antibakteri akan berbeda untuk setiap bahan yang berbeda. Menurut (Pelczar,2006) senyawa anti bakteri memiliki kemampuan yang berbeda untuk menghambat pertumbuhan bakteri tergantung jenis senyawa dan jenis bakterinya.

Alkohol diatas 40% merupakan bahan yang efektif membunuh bakteri. Menurut Harrington dan Weikel (1957) dalam Firmansyah (2005) pada perlakuan kering, konsentrasi alkohol 60 – 70 % paling efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Namun, dalam perlakuan basah konsentrasi ini juga efektif.

Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. Senyawa anti bakteri mengandung zat kimia khusus yang dapat berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Formalin merupakan senyawa kimia yang sering digunakan sebagai bahan pengawet. Sebagai bahan pengawet zat ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Oleh karena itulah larutan ini mampu mengahambat pertumbuhan bakteri uji dan bahkan zona bening yang dihasilkannya paling besar. Menurut Olson  (1999) dalam Fithratyrrah (2005) formalin dapat digunakan untuk mensterilkan peralatan kedokteran, desinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian, sebagai germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran. Bahan ini juga efektif sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya serta digunakan untuk mengawetkan spesimen biologi, termasuk mayat dan kulit.

Dalam paraktikum ini diketahui pula adanya bahan fitofarmaka yaitu ekstrak pace-pace (Leucas sp.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini sesuai dengan pernyataan  Hasan and Tahir (2004) dalam Suparman (2005) yang menyatakan bahwa pace-pace mengandung flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri dan antifungal. Bawang putih adalah nama tanaman dari genus Allium, bawang mentah penuh dengan senyawa sulfur termasuk zat kimia yang disebut allin, allin adalah prekursor pembentuk rasa dan aroma yang bersifat non volatil (Agustian, 2007). Bawang putih mampu melawan infeksi oleh bakteri, virus, dan mikroorganisme yang lain, hal ini karena bawang putih memilki atau mengandung zat aktif yaitu : ajene, allicin, allyl, methyl thiosulfinate, dan allyl thiosulfinate. Kemudian bahan fitofarmaka lainnya yaitu daun pepaya yang mana mengandung tocophenol, flavonoid, dan enzim papain yang diduga memilki daya antimikroba, serta alkaloid carpain yang berfungsi sebagai antibakteri.

Menurut Lunggana (2002) larutan fisiologis merupakan garam NaCl yang mempunyai keseimbangan kepekatan larutan dengan kepekatan cairan tubuh (isotonik). Pemberian larutan fisiologis pada mikroba tidak akan membentuk zona bening karena bahan ini tidak berfungsi sebagai antimikroba.

Dalam praktikum larutan fisiologis dapat membentuk zona bening, hal ini tidak sesuai dengan tinpus yang didapat. Adanya kesalahan yang dilakukan oleh praktikan ataupun lainnya yang dapat menyebabkan hal ini terjadi. Kemudian diameter zona bening yang didapat yang paling besar yaitu pada antibiotik. Menunjukan yang paling efektif sebagai zat anti bakteri.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

            Pada praktikum kali ini digunakan larutan-larutan uji antimikroba untuk mengetahui tingkat viabilitas bakteri. Indikasi yang digunakan adalah luas diameter zona bening pada cawan. Semakin besar zona bening yang terbentuk dalam cawan petri, maka semakin baik pula kemampuan bahan tersebut sebagai antimikroba.

Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa formalin adalah larutan antimikroba yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini dikarenakan zona bening pada larutan formalin paling luas dibandingkan luas zona larutan antimikroba yang lain. Jadi secara keseluruhan praktikum kali ini berhasil karena uji terhadap tingkat viabilitas bakteri dengan antimikroba sebagai pengaruhnya berjalan sesuai prosedur.

4.2. Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih berhati-hati dalam praktikum. Tidak terlalu banyak mengobrol ataupun hal lain yang menyebabkanterjadinya kontaminan.

DAFTAR PUSTAKA

Fithratyrrah. 2005. Tinjauan Pangan Mi Basah yang Mengandung Formalin Setelah Mengalami Tahap Persiapan atau Pemasakan. Skripsi. Jurusan    Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut             Pertanian Bogor.

Lay, B. W. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Lunggana, I. 2002. Minuman Isontonik Pengganti Energi. Jakarta: Republika         Online. [http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id            =100473&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=204] (1 Juni 2009).

Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI      Press.

Suparman, M. A. 2005. Penggunaaan Ekstrak Daun Pace-pace Leucas sp. untuk Pengobatan Penyakit Mikotik pada Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Ginogenesis

Laporan Praktikum

M.k. Dasar-dasar Genetika Ikan

Ginogenesis

 

 

Gia MartaNovia, C14070034, Kelompok 5, Shift II

Abstrak

 Ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat maternal secara total melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara genetik untuk menjadi embrio yang dimaksudkan agar keturunan yang dihasilkan bersifat homozigotik (cloning). Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan, ginogenesis secara alami jarang sekali terjadi ditemukan sperma yang membuahi telur dalam keadaan material genetik tidak aktif. Tahapan pelaksanaan ginogenesis adalah penyinaran sinar ultraviolet pada sperma kemudian pemberian kejutan panas pada suhu 40oC selama 1,5-2 menit yang kemdian diinkubasi. Tingkat keberhasilan dari teknik ini dipengaruhi oleh waktu awal kejutan, suhu dan lamanya kejutan. spesies. Melalui praktikum diperoleh hasil nilai HR dan SR adalah 0 % dan nilai FR kisarannya antara 32,23% sampai dengan 79,4%. Dengan melakukan kegiatan praktikum kali ini praktikan jadi mengetahui bagaimana cara melakukan teknik ini dari segi perlakuan dan proses atau tahapannya.

Kata kunci : Ginogenesis, Kejutan panas, Waktu kejutan

Pendahuluan

 Lingkungan budidaya merupakan kegiatan yang cakupannya sangat luas. Akan tetapi diperlukan suatu pemgembangan akan pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan potensi tersebut. Suatu contoh aplikasi dari pengembangan tersebut adalah dengan teknik ginogenesis. Ginogenesis adalah suatu proses penurunan sifat maternal secara total melalui perkembangan telur tanpa kontribusi sperma secara genetik untuk menjadi embrio yang dimaksudkan agar keturunan yang dihasilkan bersifat homozigotik (cloning). Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan, namun pada ginogenesis alami jarang sekali ditemukan sperma yang membuahi telur dalam keadaan material genetik tidak aktif. Ginogenesis adalah suatu perlakuan untuk mengatasi masalah untuk menonaktifkan material genetik sperma dan merangsang diploidisasi terbentuknya zigot.

Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui cara melakukan proses ginogenesis pada suatu spesies ikan

 

Metodologi

 Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu tanggal 30-31 mei 2009 bertempat di Laboratorium Basah Genetika Ikan dan Ruang kuliah Gambar Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah akuarium, lampu ultraviolet, sendok, bulu ayam, mangkuk, sendok, baskom, kertas tissue, pemanas air, stop watch, termometer, akuarium dan lempengan kaca. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah ikan komet (Cyprinus carpio), sperma, telur, air panas, methylen blue, larutan fisiologis.

Prosedur Kerja:

Pelaksanaan praktikum melalui tahapan sebagai berikut: diambilnya sperma dari induk jantan ikan komet, lalu sperma diambil dan diencerkan sekitar 100 kali dengan menggunakan larutan fisiologis sebelum diradiasi. Lapisan sperma dengan kedalaman ± 0,1 mm diradiasi dengan intesitas radiasi ± 4.500-4.800 ergs/mm2 selama 1,5-2 menit dengan jarak penyinaran 15 cm. Kemudian sperma dan telur dicampur merata pada akuarium pertama, setelah 2 menit dari pembuahan, telur diberi kejutan panas dengan suhu 40oC selama 1,5-2 menit di akuarium kedua yang telah diberi perlakuaan. Kemudian, telur diinkubasi dalam akuarium kaca dengan suhu air 28oC.

 

Hasil dan Pembahasan

 Ginogenesis merupakan salah satu dari teknik rekayasa genetika selain triploidisasi untuk mendapatkan spesies yang diinginkan dengan maksud untuk mempercepat pertumbuhan dan juga merupakan tipe reproduksi parthenogenesis sehingga perkembangan embrio semata-mata hanya untuk mendapatkan material genetik dari betina saja (Cherfas, 1981 dalam Yusrizal, 2004). Dari hasil praktikum didapat bahwa nilai FR, HR dan SR pada ikan komet seperti yang terdapat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Nilai FR, HR, dan SR ikan komet shift 1 dan 2

Kel

Shift 1

Shift 2

FR (%)

HR (%)

SR (%)

FR (%)

HR (%)

SR (%)

4

47.03

5

59.05

6

78.04

4

32.23

5

77.77

6

79.4

7

67.04

Keterangan :

SR  : Kelangsungan hidup

FR  : Derajat pembuahan

HR : Derajat penetasan

Tabel 2. Hasil jumlah telur yang dibuahi dan di  hasilkan ikan komet

Kel

Shift 1

Shift 2

FR (%)

HR (%)

SR (%)

FR (%)

HR (%)

SR (%)

4

47.03

5

59.05

6

78.04

4

32.23

5

77.77

6

79.4

7

67.04

Keterangan :

A : ∑ Telur yang dibuahi

B : ∑ Telur yang dihasilkan

C:∑Telur yang netas/Larva pada                      pengamatan hari kedua

D:∑Telur yang netas/Larva pada    pengamatan hari ketiga.

Keterangan:

Kelompok4 : waktu pembuahan 1.5΄, dan waktu kejutan 1.5΄

Kelompok 5: waktu pembuahan 2΄, dan waktu kejutan 1.5΄

Kelompok 6 : waktu pembuahan 2.5΄, dan waktu kejutan 1.5΄

Kelompok4(2) : waktu pembuahan 2΄, dan waktu kejutan 1΄

Kelompok5 : waktu pembuahan 2΄ dan waktukejutan 1.5΄

Kelompok 6 : waktu pembuahan 2΄, dan waktu kejutan 2΄

Kelompok 7: waktu pembuahan 1.5΄, dan waktu kejutan2΄

Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan, akan tetapi pada ginogenesis alami jarang sekali ditemukan sperma yang membuahi telur dalam keadaan material genetik tidak aktif. Ginogenesis buatan dilakukan dengan memanipulasi kromosom dengan merangsang perkembangan embrio dan nukleus telur dengan menggunakan sperma yang sudah tidak berfungsi secara genetid namun masih tetap hidup secara fisiologis.(Golovinskaya, 1972 dalam Yusrizal, 2004). Kondisi seperti ini dilakukan dengan cara meradiasi sperma dan memberi kejutan pada awal perkembangan embrio. Walaupun banyak sinar radiasi yang digunakan, seperti sinar gamma dan sinar x, ternyata sinar ultraviolet adalah sinar yang paling efektif dalam penggunaan karena dalam pemakaian lebih mudah digunakan, lebih aman dan lebih murah (Cherfas, 1981 dalam Yusrizal, 2004).

Melalui tabel 1 diketahui untuk shift 1 FR tertinggi 78,04% yaitu kelompok 6 dan shift  2 yaitu kelompok 6 dengan nilai 79,4%. Nilai HR dan SR tidak didapat. Telur ikan yang tidak menetas disebabkan oleh tidaknya bertemunya sperma dan ovum (tidak terjadi pembuahan). Beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi menetas atau tidaknya telur ikan adalah suhu lingkungan, kadar cahaya, kadar oksigen terlarut dalam air (DO) dan keberadaan jasad renik pengganggu di lingkungan hidup ikan (Anonim. 2008).

Keberhasilan pembentukan individu ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu umur zigot waktu kejutan dimulai, suhu kejutan dan lama pelaksanaan kejutan. Pemilihan waktu awal, lama waktu dan suhu kejutan yang tepat adalah spesifik atau khas untuk masing-masing spesies (Sumantadinata et al., 1990 dalam Yusrizal, 2004).

Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan dua tahap penting, pertama menonaktifkan bahan genetik dari gamet jantan, dapat dilakukan dengan cara radiasi menggunakan sinar UV, sinar X, sinar Gamma dan bahan kimia. Kemudian tahapan kedua adalah pemberian kejutan suhu (Heat sock) yang bertujuan mencegah pengurangan kromosom betina degan mempertahankan satu set kromosom sehingga jumlah kromosom tetap diploid dan homozigot. Kejutan dapat menggunakan suhu, pressure dan kejutan bahan kimia. Kejutan ini dilakukan setelah dua setengah sehabis pembuahan.

Kesimpulan

Dari praktikum kali ini telah dilakukan teknik rekayasa genetika berupa ginogenesis. Teknik ini dimaksudkan untuk menghasilkan ikan yang sama jenis kelaminnya dengan tujuan akhir adalah mempercepat pertumbuhan. Dengan melakukan kegiatan praktikum kali ini praktikan jadi mengetahui bagaimana cara melakukan teknik ini dari segi perlakuan dan proses atau tahapannya sehingga untuk kedepannya teknik rekayasa ini bisa dilakukan tanpa bantuan asisten.

 

Daftar Pustaka

  Anonim. 2008. Telur ikan. www.infoagribisnis.com [8- juni-2009].

Yusrizal. 2004. Ginogenesis Ikan Sumatra (Puntius tetrazona, Bleeker) dengan Umur Zigot yang Berbeda Pada Saat Kejutan Panas. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Institut Pertanian Bogor.